Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sabtu, 18 Oktober 2008

Herman Suryadi

Perjalanan Air


Kami tak pernah berniat memusuhi siapapun

selain terus melaju ke mana kami mau

Pergi ke hilir sungai menjemput muara

bertemu di lautan jadi asin

Kami jernihkan keruh bersama pasir

Apapun nama kami akhirnya lautlah kami


Telah kami beri makna akar bagi hidup tumbuhan

Telah kami beri makna hidup bagi manusia dan hewan

Telah kami beri suci bagi segala kotor

Telah kami beri segala yang kami punya


Jika kini kami berubah jadi bencana

mendatangkan musibah menjemput maut

bukan kehendak kami

Kami bingung cari jalan buat mengalir

jalan-jalan yang dulu kami lalui di kota

sudah tertutup aspal tembok beton gedung agung

julang mencakar langit


Jika kini kami berubah jadi banjir

jembatan putus sawah pupus

bukan kehendak kami

Kami ingin semedi di bawah tanah yang di atasnya

tumbuh pohon rindang tak ditebang

sudah terampas di tangan manusia serakah

pencipta bencana di jagad raya


Di kala surut kami pun berangkat ke sungai

menuju laut tempat kami bertaut

Bengkulu, Desember 2007

Herman Suryadi

Revitalisasi Situs


Bangunlah jiwa-jiwa

Bangunlah raga-raga

Bangunlah gedung-gedung mewah

Bangunlah semua yang tak ada


Pohon rindang jangan ditebang

biarkan bunganya digayut kupu-kupu dan kumbang

Warisan leluhur jangan digusur

biarkan mereka melebur dalam wangi aroma kota


Angan melayang cipta pesona

mengharu biru langit yang kusam

Dikau datang membahanakan pembaruan

tidak sekadar memoles situs milik moyang

Bengkulu, 15 Desember 2006

Jumat, 17 Oktober 2008

Herman Suryadi

Kotaku Menggenggam Harapan

Berdiri aku di beranda kota ini

Menatap lepas ke ujung pantai

Bersaksi matahari dan ribuan pelajar

Gemakan Bengkulu Kota Pelajar


Kotaku ... kotaku Bengkulu

Tak usah menunggu hingga jemu

Jemput obsesi di terik mentari

Agar kerjamu tak sia-sia sendiri


Junjung tinggi adat melingkar peradaban baru

Kuli dan orang berdasi sama-sama mencari

sesuap nasi sampai rumah dan mobil mewah

Namun jangan kau gadai nurani suci

yang separuh peduli bagi sebuah harapan

tergenggam


Singsinglah lengan baju kita

Merobek sepi menjemput ramai abadi

Menata hiruk pikuk kota

Mengubah slogan jadi kenyataan

Bengkulu, 17 April 2006

Herman Suryadi

Monolog Marjati di Simpang Lima


Benarkah kuda itu yang kutanggangi kala perang melawan musuh

atau kuda musuh yang dipajang untuk kenangan

Benarkah penunggang kuda itu adalah aku kala perang melawan musuh

atau musuh yang datang meminta pajak di tanah kami


Tak ada tanda

darah tercecer

di kaki kuda

di rakit bambu kendaraan kami

di keris tajam milik kami

percik air sungai Bintunan memerah

tengadah meriam tua

pekik Marjati yang berani

menghadang langkah penjajah


Di simpang lima ini aku hanya bisa mendengar namaku disebut setengah hati

tanpa ditulis dengan huruf yang jelas kecuali di sebuah universitas

Satu lagi namaku diukir di makam pejuang negeri ini

tidak termasuk tulang-tulangku yang berkubur entah di mana

Bengkulu, 12 Desember 2006

Herman Suryadi
Sapa Pagi Kota Pelajar

Ketika embun luruh dinihari
Kudengar sayup suara mengitari
Kota Putri Gading Cempaka
Menyapa santun nurani sederhana

Akankah kau dengar sapanya
Wahai pelajar di kota ini
Alunan nuansa menggapai asa
Lewat merdu suara si burung hantu

Wahai pelajar giatlah belajar
Buang tradisi merugi diri
Tatap masa depan penuh cahaya
Gunakan akal menepis pesimis
Siapkan payung hujan gerimis

Ayolah maju bersatu padu
Angkat martabat pelajar Bengkulu
Kota Pelajar indah menawan
Bersih wibawa elok rupawan

Bengkulu, 16 April 2006