Herman Suryadi
Monolog Marjati di Simpang Lima
Benarkah kuda itu yang kutanggangi kala perang melawan musuh
atau kuda musuh yang dipajang untuk kenangan
Benarkah penunggang kuda itu adalah aku kala perang melawan musuh
atau musuh yang datang meminta pajak di tanah kami
Tak ada tanda
darah tercecer
di kaki kuda
di rakit bambu kendaraan kami
di keris tajam milik kami
percik air sungai Bintunan memerah
tengadah meriam tua
pekik Marjati yang berani
menghadang langkah penjajah
Di simpang lima ini aku hanya bisa mendengar namaku disebut setengah hati
tanpa ditulis dengan huruf yang jelas kecuali di sebuah universitas
Satu lagi namaku diukir di makam pejuang negeri ini
tidak termasuk tulang-tulangku yang berkubur entah di mana
Bengkulu, 12 Desember 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar